Mageret Pandan Tenganan
Kabupaten kecil di penghujung Timur Pulau Bali ternyata kaya dengan kebudayaan. Selain terkenal dengan budaya megibungan yang merupakan cirri khas peninggalan budaya Raja Karangasem. Di Kabupaten ini kita juga menemukan desa tradisional yakni Tenganan Pagringsingan yang terkenal dengan budaya Mageret Pandan. Selasa (9/6) kemarin, upacara sacral ini kembali dilakukan di desa tersebut.
Kelian Desa Adat Tenganan Pageringsingan I Nengah Timur yang ditemui disela-sela kesibukannya mengatakan upacara ini sangat sacral bagi warga Tenganan Pageringsingan. Sebelum megeret pandan dimulai, pria asli Tenganan yang sudah Matruna Nyoman (naik dewasa) menarikan tari Makare-kare. Setelah itu barulah megeret pandan yang menggunakan pandan dan tameng dari anyaman Ata dimulai. ‘’Mageret Pandan ini merupakan tari yang sangat sacral. Bagi daerah di luar Tenganan mungkin ada tari Rejang, Baris dan tari sacral lainnya’’tutur Timur. Lanjut Timur warganya yang Matruna Nyoman akan diasramakan setahun di suatu tempat yang disediakan desa. Selama berada di asrama warga yang naik dewasa ini dilarang tidur dirumahnya.
Upacara sacral Mageret Pandan menurut Timur akan dilakukan selama tiga hari. Yakni dua hari lalu di lakukan di Bale Patemon (Balai Pertemuan) paling Selatan, hari ini (kemarin,red) di Bale Patemon Utara dan Besok (hari ini,red) akan dilakukan di Bale Patemon tengah. Selain memiliki nilai seni yang tinggi upacara yang rutin dilakukan setiap tahun berdasarkan penanggalan khusus ini juga memiliki makna yang berkaitan dengan Usaba Sambeh didesa tersebut. Selain itu, Mageret Pandan atau Perang Pandan juga menjadi sarana latihan ketangkasan seorang prajurit. ‘’Maklum ketika jaman Raja dahulu, Tenganan kan prajurit semua’’ujarnya. Dikatakan, masyarakat Tenganan adalah penganut Agama Hindu namun cenderung menganut aliran Indra sebagai Dewa Perang. Yang terpenting dalam perang pandan tersebut tidak ada menang kalah. ‘’Kalau mereka sampai terluka akibat goresan pandan akan diobati dengan obat yang telah disediakan yang berasal dari Cuka, Kunir dan Isen’’paparnya.
Sementara itu pantauan yang dilakukan dilapangan nampak pemuda desa sibuk menyiapkan pandan maupun tameng yang akan digunakan dalam upacara tersebut. Perang pandan bukan hanya diikuti oleh pemuda yang kekar, tidak ketinggalan anak-anak dan orang tua juga ikut meramaikan upacara yang dilakukan tiap tahun ini. Dipihak lain, upacara sacral yang hanya terdapat di Desa Tenganan ini juga menjadi tontonan wisatawan domestic maupun Mancanegara. Mereka nampak dating jauh-jauh sebelum perang pandan dimulai. Ketika perang pandan dimulai, wisatawanb ini juga nampak ikut berdorong-dorongan agar bias menyaksikan lebiuh dekat perang pandan tersebut.Jingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar