Kamis, 23 Juli 2009

BUDAYA UNIK TENGANAN DAUH TUKAD



Budaya Unik Tenganan Dauh Tukad

Tradisi Ngejot Truna Daa

AMLAPURA—

Banyak budaya unik yang ada di Karangasem. Salah satunya keberadaan tradisi di desa tradisional Tenganan. Selain terkenal karena tradisi perang pandan atau yang lebih beken dengan sebutan mageret Pandan, didesa ini khususnya Desa Pekraman Tenganan Dauh Tukad juga memiliki budaya unik yakni Truna-Daa ngejot. Upacara ini dilakukan terkait Aci Usaba Sambeh yang dipusatkan di Pura Bale Agung, desa setempat. Sebelum upacara utama dilakukan, Truna-Daa sebelumnya melakukan prosesi di subak masing-masing.


Tahun ini, upacara Usaba Sambah jatuh pada sasih kelima. Sama seperti kebiasaan sebelumnya, upacara akan dilakukan di Pura Bale Agung sebagai stana Dewa Brahma selaku pencipta. Upacara unik ini akan digelar selama 15 hari. Pelaksanaan upacara akan diawali dengan Nedunang Ida Betara, Nulak Damar, Penampahan, Metekrok, Daa Nyambah, Mekare-kare (Perang Pandan), Ngepik, Perejangan dan Nyineb.


Dalam rangkaian upacara Ngepik dilaksanakan prosesi upacara adat Sekaa Teruna yang disebut Teruna-Daa Ngejot sebagai simbol menanamkan nilai pendidikan, kegotong-royongan dan manyama braya agar bisa hidup harmonis berdampingan saling menolong antara tetangga dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ngejot juga wujud membagi rezeki yang diperoleh untuk dirasakan bersama-sama. Dengan menggunakan pakaian adat khas Tenganan Dauh Tukad,Teruna-Daa mengikuti prosesi upacara secara khusuk diselingi suasana riang gembira saling bersorak tatkala antara Teruna – Daa melakoni prosesi Ngejot, sambil mengucapkan pesan-pesan dari perwakilan masing-masing.


Kelian Teruna-Daa I Nengah Budi mengatakan, prosesi ngejot antara Teruna dan Daa diawali oleh Sekaa Teruna ngejot membawakan seperangkat jotan berisi bunga harum, minyak wangi yang mengandung makna menghormati dan menghargai wanita dengan simbol pemberian bunga dan wewangian yang menjadi kesenangan wanita. Sebaliknya pihak Daa memberikan jotan berupa aneka macam jajan khas Bali yang bertempat di Bale Agung dan dibalas kembali oleh Sekaa Teruna dengan jotan berupa nasi, sate dan bermacam olahan masakan Bali. Sebagai simbol kebersamaan uacara Teruna-Daa Ngejot diakhiri dengan makan bersama (Magibungan) di halaman Pura Bale Agung, dimana terjadi interaksi sosial pergaulan antara Teruna-Daa yang mempererat persatuan dan kekerabatan.


Desa Adat Pakraman Tenganan Dauh Tukad sebagai bagian dari Desa Dinas Tenganan Pagringsingan menganut dua aliran kepercayan yakni aliran Indra (Dewa Perang) yang menyerupai prosesi upacara di Desa Baliage Tenganan Pageringsingan, serta aliran Ciwa, melakukan prosesi upacara agama sebagaimana layaknya Desa Adat lain di Bali. Pertemuan aliran Indra dan Ciwa di Tenganan Dauh Tukad menimbulkan adanya keunikan didalam prosesi ritual keagamannya, antara lain adanya atraksi ritual mekare-kare (perang pandan) sebagaimana yang ada di Desa Adat Tenganan Pagringsingan serta patokan 15 hari untuk Purnama –Tilem. Jingga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar